Nasihat dan Pesan Orang Tua untuk Anak Yang Akan Menikah (Inayah
Islamiyanti)
Disampaikan pada acara pengajian
menjelang pernikahan
Tanggal 26 Agustus 2021 M/17
Muharram 1443 H)
Hari pernikahan tanggal 28 Agustus 2021
Bissmillahirrahmaanirrahiim…
Anaku Inayah
Islamiyanti yang papah dan mamah cintai sepanjang hidupmu, kini hanya tinggal
menghitung hari, kamu akan dipersunting oleh seorang pria yang menjadi
pilihanmu.
Engkau telah menentukan
pilihan buah hati untuk dijadikan imam dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
Kamu juga tahu bahwa orang tuamu tidak pernah ikut campur dalam menetapkan
siapa yang akan menjadi pendampingmu, itu semata-mata hanya agar engkau dapat
memilih apa yang terbaik untuk jalan hidupmu kelak.
Anaku, meskipun
kecederungan untuk memilih pasangan suami telah memberi jalan untuk menuju bahtera
rumah tangga, akan tetapi jangan lupa bahwa dasar memilih pasangan haruslah
mengutamakan atas dasar agamanya atau ahlak dari calon suami, baru kemudian
keturunan, selanjutnya getaran hati yang membuat ikatan cinta lebih indah dan
lebih bermakna.
Anaku Inayah
Islamiyanti
Engkau telah
ditakdirkan oleh Allah SWT, menjadi anak perempuan bungsu satu-satunya, setelah
kelahiran 2 kakakmu laki-laki yaitu Ismail Al Faruqi dan Insan Karbela.
Sungguh, kelahiranmu telah menggenapi kesempurnaan dan kebahagiaan kedua orang
tuamu. Kehadiranmu ke dunia telah memenuhi harapan indah dari papah dan mamahmu
di saat-saat menunggu kelahiran selama 9 bulan dengan penuh cemas dan harapan.
Kegembiraan paripurna
dari papah dan mamahmu adalah saat-saat kelahiranmu yang telah memecahkan
kecemasan dan kehawatiran. Engkau lahir sebagai anak perempuan yang menjadi
dambaan dan harapan orang tuamu selama ini.
Ternyata waktu itu
terasa pendek dan singkat, kini engkau telah dewasa anaku, sehingga papah dan
mamahmu harus melaksanakan tugas utama berikutnya, setelah menunaikan tugas lainnya
yaitu mendidik, menyekolahkan, menafkahi dan terakhir kami harus menikahkanmu
dengan seorang lelaki yang menjadi pujaan hatimu.
Agar kamu tahu, di
saat-saat seperti ini, menjelang hari pernikahanmu, papah dan mamahmu
menghadapi perasaan yang susah untuk digambarkan dengan ungkapan kata-kata, ada
rasa bahagia karena kamu akan memperoleh pendamping hati untuk mengisi
hari-hari dikehidupanmu kelak. Akan tetapi jauh dilubuh hati yang paling dalam,
ada percikan kesedihan dan kegundahan yang menyesak di dada, sepertinya kamu
akan dibawa pergi jauh orang lain ,,,, jauuh sekali. Meskipun kami tahu dan
sadar kemanapun kamu pergi, bahwa antara anak dan orang tua tidak akan pernah putus
hubungan batin dan ikatan nasab, serta tidak mungkin dipisahkan sampai kapanpun
dan oleh siapapun. Karena kewajiban untuk mengabdi kepada suami, tidak berarti
akan menghapuskan kewajibanmu untuk mengabdi kepada kedua orang tuamu.
Anaku, sosok orang
tuamu (Mamah dan Papah), mungkin bukan contoh tauladan yang sempurna untuk
dijadikan cermin dalam mengarungi rumah tangga. Akan tetapi Papah yakin, masih
banyak ibroh atau pelajaran baik dalam kehidupan orang tuamu yang dapat kamu
petik sebagai contoh nyata yang mudah dipahami dalam meniti kehidupan berumah
tangga. Yang tentunya Al Quran dan sunah harus menjadi pegangan hidup yang
utama dan pertama.
Mamahmu adalah sosok
perempuan yang pantas untuk kamu teladani, baik dalam memaknai hidup, berjuang
untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga, bekerja keras sebagai ibu tanpa
mengenal lelah, mencintai suami dan anak-anaknya, mendidik dan membimbing kalian
agar menjadi anak-anak yang berhasil kelak di kemudian hari.
Keberhasilan pendidikan
kamu dan kakak-kakamu sebagian merupakan kontribusi nyata dari kerja keras
ibumu mendidik kalian dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Anaku inayah
Islamiyanti, andai saja Papah dan mamahmu pernah menyakiti hatimu, baik karena
ucapan, perbuatan maupun sikap, yang mengakibatkan kamu merasa terluka atau
tidak nyaman, maka pada kesempatan baik ini papah dan mamahmu memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Sungguh kalaupun orang tuamu pernah marah kepadamu, itu
semata-mata untuk menunjukkan dan mengarahkan apa yang terbaik untuk kamu, yang tentunya didasari
oleh harapan agar anaknya mengerti apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, apa
yang disukai orang tua dan apa yang tidak disukainya.
Anaku untuk engkau
ketahui saja bahwa hati orang tuamu ibarat bulan purnama di langit yang terang
benderang untuk menyinari dikegelapan malam, tidak ada rasa dendam, benci dan
sesal sekecil apapun, yang ada hanyalah rasa kecintaan yang sangat mendalam,
sebagaimana pepatah mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang
galah.
Anak-anaku,
hati papah dan mamahmu amat sangat terbuka untuk memaafkan kalian semua,
khususnya kamu Inayah Islamiyanti. Kamu mengucapkan atau tidak mengucapkan
permohonan maaf kepada kami, orang tuamu, kami telah memaafkanmu sebelum kamu sempat
memintanya.
………………………………
Pada bagian
akhir ungkapan ini, papah dan mamahmu akan menyampai beberapa pesan pendek untuk
kamu camkan dan lakukan.
Pertama : Ingat pesan Lukman kepada
Anaknya
Tadi ibumu
telah membacakan arti ayat 13-17 dari surat Lukman yang intinya adalah :
a.
Selalu menjaga
ketauhidanmu dengan tidak menyekutukan Allah.
b.
Berbuat
baik kepada orang tua, terutama ibumu yang telah mengandung selama 9 bulan.
c.
Jangan menaati
perintah orang tua, jika mereka menyuruh kepada kemusyrikan.
d.
Bahwa perbuatan
baik meskipun sebesar biji sawi, maka Allah akan membalasnya.
e.
Kerjakan
sholat, berbuat yang makruf dan mencegah kemunkaran, serta hendaknya bersabar
atas bencana yang menimpamu.
Kedua : Mengabdi dan cintailah
suamimu sepenuh hati !
Di saat-saat
mengisi kehidupanmu hiasilah dengan cinta dan saling sayang, menyayangi, karena
itulah modal untuk melanggengkan pernikahan. Belajarlah untuk memahami
perasaan, pikiran dan kebiasan-kebiasaan suami agar kamu dapat mengerti dan
saling mengisi atas kekurangan yang ada pada kalian berdua.
Anakku, memang benar
cinta bukanlah segalanya. Akan tetapi tanpa cinta, segalanyapun tidak akan bermakna
dan indah. Tetaplah saling mencintai selama-lamanya. Percayalah bahwa kalian
adalah dua makhluk yang memang ditakdirkan untuk bersama selamanya sampai Allah
menetapkan lain."
Ketiga : Tetaplah istiqomah
meskipun badai menerpa rumah tanggamu.
Anaku hidup berkeluarga
ibarat gelombang, ada pasang ada surut, kadang pahit kadang manis. Betapa banyak
contoh keluarga yang hancur karena tidak mampu menahan badai kehidupan. Hidup
berkeluarga bukan lagi surga seperti yang diimpikan, akan tetapi menjadi neraka
dunia yang akhirnya kandas dan tenggelam.
Anaku, belajarlah dari
kehidupan orang-orang yang sukses mempertahankan kelanggengan rumah tangganya,
yaitu keluarga yang dihiasi suasana sakinah (tenteram), mawadah (penuh
cinta-kasih), dan rahmah (kasih dan sayang).
Untuk itu hendaklah kalian menjaga komitmen dengan selalu istiqomah pada
niat awal untuk membangun keluarga dengan selalu memohon petunjuk dan
mengharapkan keridhoan Allah SWT.
Keempat : Tak perlu berlebihan, hidup sederhana namun cukup adalah lebih
baik
Anakku, yang kalian cari dalam hidup ini bukan materi yang paling utama.
Tetapi kebahagiaan hakiki yang harus kalian peroleh. Untuk itu, tak perlu
berlebihan dalam mencari harta. Hiduplah sederhana namun tetap cukup dan
memiliki ketenangan batin."
Kelima : Mulailah belajar menjadi orangtua yang baik
Anakku, jika pada saatnya nanti kalian menjadi orangtua, maka jadilah
orangtua yang baik. Yang selalu bisa membimbing dan membesarkan putra-putri
kalian dengan penuh cinta-kasih.
Terakhir pesan untuk
anak-anakku semua : Ismail
Al Faruqi, Insan Karbela, dan Inayah Islamiyanti, papah meminta agar kalian
semua menjaga hubungan persaudaraan dengan penuh kecintaan, jangan ada hal-hal
yang remeh-temeh menjadi pemutus hubungan tali silaturahmi dan persaudaraan
diantara kalian. Andai saja diantara kalian ada yang memiliki kelebihan di
bidang harta-benda atau penghasilan, tengoklah saudaramu dan bantulah sesuai
kemampuanmu, tanpa harus berhitung untung dan rugi, melainkan hendaknya
didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang sesama saudara. Anaku jagalah harga
diri keluargamu dan jagalah kehormatan keluarga kita (Ramlan
Ruvendi).
Anaku Papah mengucapkan Do’a
:
“Baarakallaahu
laka wa baarakaa ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khoir.” (mudah-mudahan
Allah memberkahimu, baik dalam suka maupun duka dan selalu mengumpulkan kamu
berdua pada kebaikan) Aamiin.
Kamipun
mendo’akan kalian sebagai calon keluarga baru agar kelak menjadi keluarga sakinah,
mawadah wa rahmah. Keluarga yang memberi arti dan manfaat bagi keturunanmu kelak,
serta akan bermanfaat pula untuk umat dan bangsamu.
Robbana
atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah, waqina ‘adzabannar.
Wassalamu ‘alaikum
warahmatullahi wabakaatuh.
Taman
Pagelaran, 26 Agustus 2021 M/17 Muharram 1443 H
Orang
tuamu :
Ramlan
Ruvendi dan Isye Rizaliyantini